Selamat Datang diBlog Agies Permanha Zaenal. Oya Jangan lupa Follow juga Account twitter @Gies_permanha..

Selasa, 06 Agustus 2013

MENANGIS MEMADAMKAN API NERAKA...???

Assalamualaikum wr. wb. Sebelumnya mau minta maaf nih karena besok sudah mau lebaran hehehe oya ada satu postingan nih sebelum hari raya. nah postingan ini saya ambil dari beberapa artikel di facebook mengenai "Menangis bisa Meredamkan Api Neraka". Selamat membaca :)

Dua ilmuwan pernah melakukan penelitian disertasi tentang air mata. Kedua peneliti tersebut berasal dari Jerman dan Amerika Serikat.

Hasil penelitian kedua peneliti itu menyimpulkan bahwa air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe ‘‘BARBEDA’’ dengan air mata yang mengalir karena kecewa dan sedih.

Air mata yang keluar karena tepercik bawang atau cabe ternyata tidak mengandung zat yang berbahaya.

Sedangkan, air mata yang mengalir karena rasa kecewa atau sedih disimpulkan mengandung toksin, atau racun.

Kedua peneliti itu pun merekomendasikan agar orang² yang mengalami rasa kecewa dan sedih lebih baik menumpahkan air matanya. Sebab, jika air mata kesedihan atau kekecewaan itu tidak dikeluarkan, akan berdampak buruk bagi kesehatan lambung.

Menangis itu indah, sehat, dan simbol kejujuran. Pada saat yang tepat, menangislah sepuas²nya dan nikmatilah karena tidak selamanya orang bisa menangis.

Orang² yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng. Cengeng terhadap Sang Khalik adalah positif dan cengeng terhadap makhluk adalah negatif.

Orang² yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Tuhannya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa masa lalu akan memadamkan api neraka.

Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW; ‘‘Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah SWT...!!!’’ (HR. Muslim)

Seorang sufi pernah mengatakan, jika seseorang tidak pernah menangis, dikhawatirkan hatinya gersang. Salah satu kebiasaan para sufi ialah menangis. Beberapa sufi mata dan mukanya menjadi cacat karena air mata yang selalu berderai.

Tuhan memuji orang menangis; ‘‘Dan, mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk...!!!’’ (QS Al-Isra' [17]:109).

Nabi Muhammad SAW bersabda; ‘‘Jika kalian hendak selamat, jagalah lidahmu dan tangisilah dosa²mu...!!!’’ (HR. Muslim)

Ciri² orang yang beruntung ialah;

1. Ketika mereka hadir di bumi langsung menangis, sementara orang² di sekitarnya tertawa dengan penuh kegembiraan.

2. Jika meninggal dunia ia tersenyum, sementara orang² di sekitarnya menangis karena sedih ditinggalkan.

Senin, 15 Juli 2013

Perpisahan "Cinta Tapi Beda"

Seketika badai datang,
Menguyak kedamaian kita
Aku tak percaya semua ini

Maafkan perpisahan ini
Semua ini bukan keinginanku
Keyakinan itu membuat kita jauh
Pastikan cintamu satu di jiwaku
Ingat selalu aku sayang padamu

Kenapa kita bertemu, kalau kita tak bisa disatukan? Ketika cinta mampu mempersatukan dua insan yang berbeda baik usia, ekonomi, sosial, budaya, bahkan Negara. Tapi kenapa Cinta tak bisa dipersatukan oleh satu hal yang paling sakral bagi seluruh umat manusia yaitu Agama? Memang terkesan memaksa, tetapi mengapa Tuhan menciptakan Cinta jika memang akhirnya tak bisa bersatu? Tapi aku sadar. aku hanyalah manusia yang diberikan akal pikiran, perasaan dan logika oleh Yang Maha Esa. Dan aku ikhlas sebagai hambanya aku harus melepaskan. Sebagaimana toleransi dalam keyakinanku Islam “Untukmu Agamamu, Untukku-lah Agamaku”

Jumat, 12 Juli 2013

Gebiar Drama MONUMEN diksatrasia.


Syukur Alhamdulillah dengan cerita yang menarik Kelompok 2  Semester 4D diksatrasia 2011, mendapatkan Juara 3 Gebiar Drama Pekan Sastra dengan Judul Drama MONUMEN. Dibalik kesuksesan tentunya ada sebuah prose,s entah itu menyenangkan ataupun kurang menyenangkan. tapi itulah proses yang harus dinikmati. bukan hanya itu kerja keras dan percaya diri adalah kuncinya. selain itu ada pembimbing yang rela meluangkan waktunya untuk membimbing MONUMEN sebut saja Kang RIZHA dan Kanh Achil {}

Latihan demi latihan kita jalani bersama meski sampai ada yang kelelahan hingga akhirnya jatuh sakit. tapi kembali lagi itu lah prosesnya. pergantian peranpun terjadi pada beberapa karakter, saya yang tadinya berperan Sebagai RM PICIS digantikan menjadi pemeran utama pelaku ke dua yaitu Patung Pahlawan RM SIDIK "Pengkor" dan Rifka Dweina yang tadinya Petugas 1 menjadi Yu Seblak "Pelacur senior/ Dukun Imitasi".

Sempat merasa gak yakin dengan pergantian peran itu, tapi ada teman-teman yang mendukung dan meyikini kalau saya pasti bisa. ya! saya bisa! meski ketika pementasan saya kurang percaya diri hingga akhirnya saya lupa kalau saya ini harus beradegan "PENGKOR" hehe... tapi saya melakukan dengan semaksimal mungkin.
Gak ada yang kepikiran kalau MONUMEN mendapatkan JUARA 3, sudah mementaskannya saja sudah bersyukur :) tapi itulah hasil kerja keras saya. (Bukan), tapi kami! ya kerja keras kamilah yang membuahkan hasil. Mau tau Siapa saja pemeran dalam Drama MONUMEN?! Yuk Cekidooot :)


M. Ichbal Tawakal as. WIBAGSO.
Agies Permanha Zaenal as. SIDIK
Adi Priatna as. DURMO
Deerani Mahfudziah as. CEMPLUK (Nimaz ayu Bujono)
Ismi Indriani as. Ratri
Naaah selain tokoh-tokoh tadi ada juga tokoh-tokoh lainnya:
Rifka Dewina as. YU SEBLAK/ PELACUR SENIOR
Abdurrachman as. KALUR/ PENCOPET
Rezza Nurahmawati as. AJENG/ PELACUR JUNIOR
Sutrisna as. KAREP/ GELANDANGAN INTELEK
Hari Azhari as. RM PICIS
Tari Pradini as. ASISTEN 1
Erva Mutmainah as. ASISTEN 2
Lulu il Maknun as. DRS GINGSIR
Siti Nurjanah as. DEN BEI TAIPAN
Hj. Rini Oktavia as. PEREMPUAN & ASISTEN.
Ika Supenti as. PETUGAS 1 & ORANG 1
Septaria Dwi as. PETUGAS 2 & ORANG 2

Itulah pemeran-pemeran dalam pementasan MONUMEN :)

Sabtu, 06 Juli 2013

Di mana masa terindah?

Banyak orang yang bilang "Masa SMA/ SMK adalah yang paling berkesan. tapi tidak untuk saya. punya sahabat saja hanya dalam mimpi, menyedihkan bukan?!.
Biarpun begitu, saya coba tetap jalani hari demi hari berada di SMK teknik Komputer. meski akhirnya rasa percaya diri itu sudah tak tau lagi berada dimana. dan merasa hidup ini hanya untuk PEMBULIAN dan CACI MAKI.

Entah salah apa hingga saya seperti orang hina, orang paling hina, atau mungkin lebih hina dari yang terhina. begitu lucunya orang-orang itu menghina sedangkan saya hanya bisa diam, seakan-akan saya rela untuk dihina. Tapi apa boleh buat saya hanya sendiri dengan hati yang berserah. diberi penguatan oleh keluarga dan sedikit teman.

Ketika mendapatkan temanpun hanya beberapa orang saja yang mau berkawan dengan saya. tetapi, apa mereka tulus? entahlah, hanya Tuhan yang tau perasaan mereka. Lulus dari Sekolah tersebut saya merasa sebagian rasa percaya diri saya kembali. walaupun masih pesimis ketika akan melanjutkan Study.

Tapi saya yakin, masa-masa inilah saya bisa mendapatkan setitik air mata kebahagiaan. ya memang benar! Lihat kini saya bisa bangkit. bertemu jiwa-jiwa individualis namun realistis. yang membangkitkan sebagian jiwa yang hilang karena caci maki seorang teman.

Ya! disinilah saya bisa mendapatkan jati diri saya. Bukan seorang Agies Permanha yang pendiam dan menyedihkan. Disinilah Agies Permanha yang membahagiakan temannya, membuat orang tersenyum, merasa berharga meski dulu tak berharga.

Kalianlah yang membuat semuanya kembali, Masa terindah adalah masa yang dimana Saya bersama kalian. Untuk kalian keluarga baruku, sahabatku. Dhe Diksatrasia :)

Cerita Motivasi & Inspirasi : Setia Sepanjang Usia

Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan.

Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga. Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka....

Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.

Suatu senja ba’da Isya disebuah masjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya ke masjid tadi.
Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri “Kenapa Bu?”
Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”.

“Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. Walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati.

Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya. Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.

Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.

“Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.

Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang, kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.

Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….

Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.

Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam “Terimakasih ya, Bu ”.

“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapak, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.

“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapa kok bicara begitu?
Ibu senang atas semuanya Pak, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”

Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,

Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.

Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.

Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir.

Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada.

Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat ke masjid. Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal.

Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,

Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.

Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir,Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”

Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."

Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya….

Cerita Motivasi & Inspirasi : "Nilai Kehidupan"

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

==================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!
 
Sumber : Andrie Wongso

Kamis, 07 Maret 2013

Nenek mencuri singkong divonis atas nama hukum. hakim menangis saat disidang.



Seorang nenek diadili gara-gara mencuri singkong. Namun majelis hakim berpihak ke sang nenek meski tetap menjatuhkan vonis.
Potret ketidakadilan rakyat kecil yang disertai foto tersebut menghiasi akun facebook milik Polres Sidoarjo, Kamis (1/3/2012) siang. Sayangnya, penguggah tidak menyebutkan lokasi pengadilan negeri yang menyidangkan kasus nenek versus pengusaha singkong itu.
Inilah cerita yang diunggah Polres Sidoarjo di akun facebook miliknya.
Di ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya kelaparan.
Namun seorang laki-laki yang merupakan manajer dari PT yang memiliki perkebunan singkong tersebut tetap pada tuntutannya, dg alasan agar menjadi contoh bagi warga lainnya.
Hakim menghela nafas. dan berkata, "Maafkan saya, bu", katanya sambil memandang nenek itu.
"Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda Rp 1 juta dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU".
Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam. Namun tiba-tiba hakim mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil dan memasukkan uang Rp 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada hadirin yang berada di ruang sidang.
"Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini, sebesar Rp 50 ribu, karena menetap di kota ini, dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya".
"Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”
Sebelum palu diketuk, nenek itu telah mendapatkan sumbangan uang sebanyak Rp 3,5 juta dan sebagian telah dibayarkan ke panitera pengadilan untuk membayar dendanya, setelah itu nenek itupun pergi dgn mengantongi uang 3,5jt rupiah, termasuk uang 50rb yg dibayarkan oleh manajer PT yang menuntutnya yg tersipu malu karena telah menuntutnya.
Sungguh sayang kisahnya luput dari pers. Kisah ini sungguh menarik sekiranya ada teman yang bisa mendapatkan dokumentasi kisah ini bisa di share di media untuk jadi contoh kepada aparat penegak hukum lain untuk bekerja menggunakan hati nurani dan mencontoh “hakim Marzuki"
Sumber : Koran Tempo tanggal 30 Maret 2012